Kali pertama saya menginjakan kaki di kota Bandar Lampung sekitar
bulan Juli tahun 2014 lalu. Saya, dan adik perempuanku (Meichen) beserta
rombongan gereja, berkesempatan mengexplore Lampung 3D 2N. Akomodasi dan
transportasi sudah dipersiapkan jauh-jauh hari. Untuk kali ini, jalur yang
dipilih rombongan (lupa berberapa, kurang lebih 20 orang) ialah jalur darat
alias menggunakan kendaraan roda empat. Waktu yang di tempuh untuk sampai ke
kota Bandar Lampung dari Palembang hanya sekitar kurang lebih 8 jam, sama
seperti halnya naik kereta. Pada kesempatan pertama, saya mengunjungi objek wisata
di Bandar Lampung, kami mengexplore Lembah Hijau (lihat sodara disana, haha),
Pantai Mutun, dan hari 2 terakhir kami stay
di Pulau Tanjung Putus. Liburan pertama saya begitu santai, tidak terburu-buru
karena rombongan kami cukup banyak anak kecil.
Berbeda dengan cerita kali kedua saya berada di Bandar
Lampung. No planning! Begitu pendek
waktunya dan harus bergabung dengan peserta lain yang belum aku kenal. Kebetulan peserta trip kali ini semua orang
dewasa yang rada gendeng (wong Palembang mak itulah galo). Kali ini aku
berkesempatan mengexplore Lampung dengan Yoseba, tante Ralin, Salmon (temen CS
ketemu di Bali), dan rombongan lain asli
Palembang. Transportasi yang kami pilih ialah kereta. K.E.R.E.T.A., yap KERETA…
Ini adalah pengalaman pertamaku naik kereta setelah 23 setengah tahun lahir di
bumi ini (alamak, kemane aja lu, Nop). Tak seperti yang ku bayangkan, ternyata
terminal/stasiun kereta itu lebih bersih dan rapi ketimbang berada di bandara.
Saya tidak tahu apakah di kota lain juga sama seperti di kotaku, atau mungkin
sebaliknya. Kesan pertamaku di awal cukup baik, dan ketika masuk dalam gerbong
keretanya pun, aku begitu puas dan nyaman.
Malam itu, 21 April pukul 21.00, kereta dari Kertapati ke
Tanjung Karang berangkat, dan akan tiba besok harinya, 22 April, sekitar pukul
06.10. Biasa, karena harus beradaptasi dengan lingkungan dan tempat baru,
mataku terkadang siaga alias merem melek alias kurang bisa tidur selama
perjalanan. Okey, tak masalah. Singkat cerita, sampailah kami di Tanjung
Karang, dan disana sudah ada orang yang menunggu dan menjemput kami untuk siap
di bawa ngetrip. Tak ku sangka, tak ku duga, begitu di luar ekspektasiku, kami
ber-14 di angkut jadi satu menggunakan L300 dengan penampakan yang sudah di
modifikasi. Sekali lagi ini seru, dan pertama kalinya aku merasakan hal dan
kerjadian baru seumur hidupku. Perjalanan dari Tanjung Karang ke Meeting Point cukup jauh dengan
penderitaan sepanjang perjalanan gak bisa nengok apa-apa. Hahaha. Tak masalah, itu juga tak membuatku berkomentar apa lagi
mengeluh, justru melalui moment seperti itu membuat kami ber-14 semakin dekat
dari celotehan-celotehan kosong pada saat itu. Perjalanan jauh pun tak begitu
terasa. Sesampai kami di MP, kami langsung mengechas tenaga dengan makan
terlebih dahulu dan mengganti pakaian untuk langsung snorkling di Pulau Pahawang.
Siap!!! Perahu kami pun segera bergerak meninggalkan
pelabuan dan menuju Pulau Pahawang. Sebetulnya saya kurang begitu excited, bukan karena saya tidak
menikmati perjalan itu, ya kalau kalian baca tulisan saya sebelumnya, pasti
kalian tahu alasannya kenapa. Kebersamaan di kapal membuatku semakin tak rela
dan selalu menikmati moment, kebersamaan indah yang akan berlalu dengan cepat.
Sampailah kami di Pahawang Besar, dari atas perahu pun kami sudah bisa melihat
ikan-ikan kecil yang berenang ria, dan terumbu karang yang sudah rusak.
Kebetulan minggu itu adalah long weekend,
suasana begitu ramai pengunjung. Namun, kondisi seperti itu tak membuat kami
patah semangat untuk terjun. Tak pikir panjang satu persatu manusia yang berada
dalam perahu turun. Aku, Yoseba dan Tante Ralin belum juga turun karena takut
gak mengambang dalam air. Sebetulnya itu gak jadi alasan juga untuk tidak
turun, kan ada pelampung? Ya tetep aja atuh, kalau dalam air hamba pasrah, gak
bisa apa-apa, panik juga iya. Kali ini saya memutuskan untuk turun dengan
catatan harus ada yang nemenin. Yak, Salmon berjanji mendampingi. Asekk… Lagi-lagi
nyusahin orang. Kalian tahu, aku juga sebel sama diri sendiri, kok ga bisa-bisa
berenang, padahal sudah belajar berkali-kali. Perjalananku rasanya kurang
lengkap kalau tidak bisa mengexplore dalamnya laut Indonesia.
Puas bersnorkling ria di Pahawang Besar, perahu kami mulai
bergerak dan menyandarkan tubuhnya di Pulau Pahawang Kecil. Di sini kita bisa
menikmati permainan air seperti banana
boat, dkk, tapi sekali lagi karena medianya ‘air’, kami berpikir untuk
tidak lagi. Aku, Yoseba, tante dan juga Salmon memilih untuk duduk santai saja
di tepi Pantai sambil menikmati gorengan dan juga kepala muda. Nikmat kalilah...
Snorkling, snorkling
again, sebelum ke penginapan, perahu kami di bawa ke tengah Pulau Pahawang
kecil dan kembali menikmati pemandangan bawah laut. Karena tubuh sudah lelah, tak
lama kami kami langsung ke penginapan untuk beristirahat dan juga menaruh
barang bawaan. Waktunya menikmati sunset,
namun dikarenakan cuaca mendung kembalinya Sang Surya pun tidak terlihat begitu
sempurna, tapi not bad.
Malam itu, kami menikmati ikan bakar di pondok pinggir
pantai dalam kebersamaan yang cukup hangat, walaupun badan capek dan mengantuk,
namun canda tawa mereka mencairkan suasana. Oh iya, kali ini aku mendapatkan banyak teman baru asli Palembang. Walaupun kami baru kenal pada trip itu, aku merasa
cukup dekat, tanpa jaga image, berasa
sudah kenal lama. Apa lagi dia, dia yang begitu mudah bergaul, ceria, dan juga kocak
abis. Sebut saja namanya Ares. (Haii, kakak =D kalau ga dipanggil kakak, nanti aku kena kutuk
jadi batu, hahaha)
Keesokan paginya, kami bangun pukul 05.00 untuk melihat sunrise, namun nasib tak selalu baik,
awan cukup pekat menutupi cahaya Sang Surya pagi itu.
Tak mau berlama-lama disana, kami langsung kembali ke
penginapan untuk berberes dan juga sarapan. Karena ini adalah hari terakhir,
puas-puasinlah main air. Sebelum meninggalkan Pahawang, nyebur lagiiii….
Puas bermain air, perahu kami langsung bergerak ke Pulau
Kelagian. Pantai di Pulau Kelagian ini berpasir putih dan halus. Perpaduan
birunya laut, dan putihnya pasir begitu memanjakan mataku. Kalau ada
kesempatan, maulah aku tendaan pinggir pantai.
Cukup lama kami berteduh di pinggir Pantai sambil menunggu
manusia air menepi ke daratan.
Akhirnya, kami pun harus meninggalkan perairan dan kembali
ke darat. Matahari masih bersinar terik di atas kepala, perahu kami pun menepi
di Pelabuhan. Begitu turun, kami langsung membersihkan tubuh kami yang begitu
lengket terkena air asin, dan setelah itu kami mulai mencari makan.
Tujuan akhir kami sebelum kami menyelesaikan trip kali ini
ialah Muncak Teropong Laut. Saya baru tahu kalau tempat ini lagi hits di medsos. Untuk sampai ke tempat
ini membutuhkan sedikit perjuangan, selain harus naik cukup tinggi, jalanan
menuju tempat ini juga ga begitu besar, dan kurang begitu bagus. Tapi
sesampainya di atas, view alam yang
disugguhkan begitu cantik, cocok untuk foto-foto.
Untuk urusan berbelanja, membawa oleh-oleh pulang, tidak
hanya kaum Hawa saja yang melakukannya, kaum Adam pun ikut borong keripik
pisang khas Bandar Lampung. Hahaha. Dan trip kali ini pun harus berakhir
disini, kami semua di drop ke
terminal Tanjung Karang untuk pulang ke kota kami masing-masing. Sayonara
kawan.. Oh iya, di trip kali ini aku menemukan tiga manusia yang kayak ikan.
Ketemu air gak tahan buat nyemplung, hahaha.. (Kak Ares, Kak Oyon, Kak Riska,
maaf). Mungkin karena sungai Musi airnya terlalu cokelat, makanya sekali ketemu
pantai kayak berasa gak mandi beberapa hari. Salut dah sama mereka. Kalau masih
ada kesempatan, sampai jumpa di trip selanjutnya.
Apa2an ini. Berasa nista banget dah gw (-_-")
BalasHapus