Cerita sebelumnya...
Day 4 - Kamis, 26 Desember 2019
Sabana Lonceng - Puncak Argopuro
...
Kemarin niat untuk sampai di Puncak tertingginya, Puncak Argopuro yang berada diketinggian 3.088 MDPL sempat terpending dikarenakan tubuhku sudah begitu lelah. Setelah beristirahat sepanjang malam, pagi ini adalah waktu yang tepat untuk muncak sebelum berpindah ketujuan selanjutnya. Pagi itu dengan niat yang menggebu, semangat yang berlebih, energi yang telah tercharger penuh, bergegas ku bawa kaki untuk melangkah ke puncak. Udara dingin? Tentu! Namun kucoba untuk menahan dan beradaptasi dengan segala kondisi yang ada. Perjalanan dari Sabana Lonceng menuju Puncak Argopuro akan memakan waktu lebih kurang 45 menit dengan jalur yang terus menanjak tanpa bonus. Sepanjang perjalanan menuju puncak, kita akan disuguhkan dengan pemandangan yang begitu indah. Aku pribadi sangat dimanjakan dengan guratan sunrise yang nampak indah seolah memanggil dan membawaku semakin terpaku dengan indah keanggunannya. Sesekali kuberhenti mengatur nafas, menikmati atau bahkan mengabadikan moment-moment indah itu.
Ahh.. Rasanya aku enggan melepasnya dengan cepat....
Oh ya, sebetulnya kita memiliki beberapa opsi untuk menuju Puncak dan turun. Pertama, kita bisa muncak ke Puncak Argopuro dan Puncak Hyang dengan membawa carriel dan langsung turun menyusuri punggungan gunung tanpa perlu kembali ke Sabana Lonceng. Atau yang kedua, kita bisa muncak tanpa perlu membawa carriel, turun kembali ke Sabana Lonceng, packing ulang, melipir sabana sampai ke Cemoro Limo, lalu terus berjalan menuju ke Danau Taman Hidup. Dengan mempertimbangkan segala faktor dan resiko yang ada atau mungkin akan terjadi, tentu kami memilih opsi yang kedua.
Setelah lama berjalan, pukul 09.40 kami tiba di Cemoro Limo. Jika kita sampai di tempat ini kesorean (timing kita ga tepat), aku sangat menyarankan untuk ngecamp disini. Sangat tidak disarankan untuk terus melanjutkan perjalanan ke Danau Taman Hidup.
Cemoro Limo - Danau Taman Hidup
...
Kemarin niat untuk sampai di Puncak tertingginya, Puncak Argopuro yang berada diketinggian 3.088 MDPL sempat terpending dikarenakan tubuhku sudah begitu lelah. Setelah beristirahat sepanjang malam, pagi ini adalah waktu yang tepat untuk muncak sebelum berpindah ketujuan selanjutnya. Pagi itu dengan niat yang menggebu, semangat yang berlebih, energi yang telah tercharger penuh, bergegas ku bawa kaki untuk melangkah ke puncak. Udara dingin? Tentu! Namun kucoba untuk menahan dan beradaptasi dengan segala kondisi yang ada. Perjalanan dari Sabana Lonceng menuju Puncak Argopuro akan memakan waktu lebih kurang 45 menit dengan jalur yang terus menanjak tanpa bonus. Sepanjang perjalanan menuju puncak, kita akan disuguhkan dengan pemandangan yang begitu indah. Aku pribadi sangat dimanjakan dengan guratan sunrise yang nampak indah seolah memanggil dan membawaku semakin terpaku dengan indah keanggunannya. Sesekali kuberhenti mengatur nafas, menikmati atau bahkan mengabadikan moment-moment indah itu.
Ahh.. Rasanya aku enggan melepasnya dengan cepat....
Oh ya, sebetulnya kita memiliki beberapa opsi untuk menuju Puncak dan turun. Pertama, kita bisa muncak ke Puncak Argopuro dan Puncak Hyang dengan membawa carriel dan langsung turun menyusuri punggungan gunung tanpa perlu kembali ke Sabana Lonceng. Atau yang kedua, kita bisa muncak tanpa perlu membawa carriel, turun kembali ke Sabana Lonceng, packing ulang, melipir sabana sampai ke Cemoro Limo, lalu terus berjalan menuju ke Danau Taman Hidup. Dengan mempertimbangkan segala faktor dan resiko yang ada atau mungkin akan terjadi, tentu kami memilih opsi yang kedua.
Perjalanan 45 menit itu akhirnya menibakan kami di Puncak Argopuro. Rasa haru, bahagia bercampur menjadi satu. Suasana nan syahdu, hembusan angin begitu terasa seolah menyapa, dan hening juga membuatnya semakin berkharisma.
Tak berlama-lama menikmati Puncak Argopuro, kami memilih untuk turun dan tidak melanjutkan perjalanan menuju Puncak Hyang. Kami pikir Puncak Argopuro saja sudah cukup untuk dijadikan bonus dari perjalan.
Sesampainya kami di Sabana Lonceng, kami putuskan untuk sarapan, dan mempacking ulang seluruh bawaan.
Sabana Lonceng - Cemoro Limo
Setelah sarapan, tepat pukul 07.40 kami mulai berjalan menuju Cemoro Limo, jalur landai yang disuguhkan 3 hari belakangan berubah menjadi jalur turunan yang menanjak dan terjal (kayak dari Pelawangan Rinjani ke Danau Segar Anak). I think, orang-orang yang naik dari Bremi ke Baderan adalah orang-orang yang strong atau 'gila'. Turun dengan trek terjal aja bikin kaki lemes, apa lagi naik, bro! Bisa mati lemes jangan-jangan. Tak sempat ku mengabadikan moment, capek cuii!
Setelah lama berjalan, pukul 09.40 kami tiba di Cemoro Limo. Jika kita sampai di tempat ini kesorean (timing kita ga tepat), aku sangat menyarankan untuk ngecamp disini. Sangat tidak disarankan untuk terus melanjutkan perjalanan ke Danau Taman Hidup.
Cemoro Limo - Danau Taman Hidup
Perjalanan menuju Danau Taman Hidup begitu terasa berat, jalur berubah menjadi sangat ektrem. (Mungkin akibat terbakarnya gunung ini beberapa waktu lalu). Kadang kita harus merangkak, merayap atau bahkan manjat untuk melewati pohon-pohon tumbang. Kita berjalan di bibir pinggiran bukit yang di samping kanan kita adalah jurang. Pendakian lintas jalur ini, sangat tidak direkomendasikan untuk pemula. Percayalah!
2 jam 40 menit berjalan menyusuri punggungan, akhirnya menibakan kami di Danau Taman Hidup. Syahduuuuu! Lagi-lagi aku terharu! Perjalanan terpanjang dan melelahkan ini membuatku tak putusnya bersyukur. Kalau Rinjani punya Danau Segar Anak nan mempesona itu, Argopuro punya Danau Taman Hidup yang juga tak kalah mempesona. Belum lagi hujan yang mengguyur menambah nikmat untuk lebih lagi semakin menikmatinya.
Tetangga dari mana-mana |
Nikmatnya sambil udut! |
Kembali ke Peradaban Menuju Desa Bremi
Komentar
Posting Komentar