Lombok, Lombok.... Perjalanan yang tak ku planning sepanjang tahun.
Setelah beberapa waktu ga mandi, nendaan, dengan daki di kulit yang semakin menebal, dan juga dengan bawaan yang tak kala hebohnya. Akhirnya, aku bersama dengan kedua rekan seperguruan pendakian Rinjani (Reza dan Tio) memutuskan untuk mengexplore Lombok sebelum kembali dan meneruskan perjalanan kami masing-masing.
Setelah berdebat cukup panjang dengan Reza.
"Ka, Gili Ka, Gili." Ujar Reza sambil melas dengan bujuk rayunya.
"Gak. Gua ga bisa berenang. Dan di Gili itu biasa aja." Balasku.
"Ka, Gili. Kita bisa main air, snorkling. Mantap dah itu."
"GAK! Gua mau kesini, sini, sini. Itu jauh lebih bagus. Dan maunya aku ke SADE." Tegasku.
Debat malam itu, akhirnya dimenangkan olehku, dan aku bersukacita untuk itu. HAHAHA. Dengan perasaan yang "kecewa" karena aku ga mau mengalah juga, akhirnya Reza dengan terpaksa dipukul kalah. Yap, besok pagi dari Basecamp Senaru, kami memutuskan akan langsung turun ke Mataram.
Setelah berdebat cukup panjang, Reza pun tertidur pulas, dan siap mengikuti langkah kecilku untuk pergi mengexplore Lombok. #maafkeunataskeegoisanku
Selasa, 26 Desember 2017
Dari BC Senaru kami menuju rumah singgah yang berada di Mataram, Lombok. Kalau ada kesempatan, nanti aku akan ceritakan bagaimana dan gimana tempat ini. Yang jelas, kami bertemu dengan Emak dan Bapak pemilik rumah yang sangat baik.
Langsung saja, nanti aja melow-melowannya, berangkat pukul 10 dari BC menibakan kami di tempat ini sekitar pukul 13 WITA. Segera kami berberes, mandi, dan siap pergi.
Mau pergi kemana lu, Nong? Motor juga belum ada! HAHAHAHA. Dikarenakan kami pergi di penghujung tahun, alhasil motor yang bisa di sewakan sedikit armadanya. Karena kami tipe ga betahan di rumah, setelah selesai mandi, kami putuskan berjalan kaki untuk cari makan. Niat awalnya cari makan, tapi yang disosor malah Indom***t, ngemil dulu yakk. Ho o, ngisi tenaga buat jalan kaki. Setelah berjalan kurang lebih 10-15 menit tibalah kami di tempat makan yang kami tuju. Berhubung rame banget, dan ga niat nunggu, kami berjalan lagi nyari nasi Padang. Nasi Padangnya ga dapet, karena udah lelah juga, kami berhenti dan menemukan sebuah warteg yang bisa kami tongkrongin. Yang bikin aku syok, ini tempat makan muraaaaahnya kebangetan, nasi bersama 4 lauk, kami bayar seharga Rp 10.000,- per porsi, itu udah makan ama ayam loh. Setelah selesai, kami pulang ke rumah singgah sambil menunggu kabar baik untuk motor yang kami akan pesan. Singkat cerita, kami baru bisa mendapat sewaan motor sekitar pukul 15.30.
Langsung saja, tak pikir lama, kami gas motor kami menuju Pantai Senggigi.
Pantai Senggigi
Terletak di Lombok Barat, dan cukup dekat dengan Mataram menjadikan Pantai ini begitu banyak diminati dan dikunjungi, baik oleh wisatawan maupun penduduk sekitar. Membutuhkan waktu 40 menit saja dari emak menuju tempat ini. Tatkala, hujan pun juga mengiring perjalanan kami.
Pantai Senggigi berombak cukup besar, dan kita akan banyak sekali melihat anak-anak begitu girang bermain ombak di pinggiran pantai. Kapal milik wargapun banyak berlabu dan menghiasi keramaian di tempat ini. Tepat di pintu masuknya juga banyak sekali yang menawarkan trip ke Gili. Ini nih yang buat Reza kembali sakit gigi, eh maksudnya sakit ati. HAHAHA.
Pantai Senggigi berombak cukup besar, dan kita akan banyak sekali melihat anak-anak begitu girang bermain ombak di pinggiran pantai. Kapal milik wargapun banyak berlabu dan menghiasi keramaian di tempat ini. Tepat di pintu masuknya juga banyak sekali yang menawarkan trip ke Gili. Ini nih yang buat Reza kembali sakit gigi, eh maksudnya sakit ati. HAHAHA.
Niatnya si sunset-an, berhubung cuaca kurang mendukung, ya dapet dikit biasaan sang surya kembali ke peraduannya ya lumayan.
Cukup lama di Pantai Senggigi, kami langsung memutuskan untuk melanjutkan ke Pura Batu Bolong. Namun dikarenakan sudah terlanjur malam, maka kami memutuskan untuk tidak masuk ke tempat tersebut dan kami memilih untuk duduk menikmati secangkir kopi, dengan ditemani beberapa tusuk sate.
Cukup lama di Pantai Senggigi, kami langsung memutuskan untuk melanjutkan ke Pura Batu Bolong. Namun dikarenakan sudah terlanjur malam, maka kami memutuskan untuk tidak masuk ke tempat tersebut dan kami memilih untuk duduk menikmati secangkir kopi, dengan ditemani beberapa tusuk sate.
Te sateeee... Tak kenyang hanya makan sate, apa lagi tu perut si Reza, setelah itu kami berencana untuk mencari makanan khas Lombok - Ayam Taliwang. Dengan begitu banyak pertimbangan, kami memutuskan untuk membatalkan niat liar kami untuk makan, dan kembali ke rumah emak. Apa ga laper tu main pulang aja, gak makan? Ya laperlah! Setelah berdiskusi dan bertanya dengan bapak dan kak Adit (salah satu pengurus di Rumah Singgah), kami langsung diarahkan ke tempat makan yang menjual belut goreng dengan harga yang sangaaattttt murah. Berhubung rasa penasaranku begitu tinggi, langsung saja kami pergi mencari, dan mengisi perut kami dengan amunisi extra. Perut kenyang hatipun senang, kami pulang dan memutuskan untuk tidur dan beristirahat.
Rabu, 27 Desember 2017
Pagi itu tampaknya Reza denganku juga belum begitu berdamai soal Gili-Gilian.
Cukup pagi kala itu aku terbangun, sementara Reza dan Tio masih tertidur. Dengan semangat menggebu, aku langsung berberes dan mandi. Satu per satu dari mereka mulai terbangun dan bersiap untuk pergi. Dikarenakan waktu kami cuma sisa sehari saja, maka diputuskan seharian penuh kami (kayaknya gua doank yang semangat) berencana untuk mengexplore seluruh pantai di Lombok Tengah. Dimulaii .....
Pk. 07.10 - Rumah Singgah ke Bukit Merese - Pantai Tanjung Aan
Dari rumah singgah ke tempat ini kami membutuhkan waktu lebih kurang sejam untuk sampai. Jalanan di Lombok begitu mulus dan sebagian besar sudah diaspal, menandakan Lombok sudah begitu mempersiapkan diri dengan sangat baik untuk memfasilitasi para wisatawan mengexplore keindahannya.
Dengan menggunakan GPS smartphone dan GPS lokal, akhirnya kami tiba di sebuah 'perkampungan'. Awalnya kami ragu, apa bener ini tempatnya. Seorang nenek yang kami tanyakan mengatakan bahwa benar ini adalah tempatnya, dan kami diarahkan untuk trekking ke atas.
Uaseeemm, belum juga istirahat dari kenangan manis di Rinjani, malah diminta naik lagi. Dengan semangat pagi yang masih extra, kami mulai trekking kecil.
Uaseeemm, belum juga istirahat dari kenangan manis di Rinjani, malah diminta naik lagi. Dengan semangat pagi yang masih extra, kami mulai trekking kecil.
Luaaaaaaaarrr biasa, di balik perkampungan, dan jalan setapak bukit kecil, mengantarkan kami ke sebuah pemandangan yang menawan. Hamparan rumput hijau terbentang luas, bukit-bukit begitu hijau, dan juga di temani para sapi yang sedang mencari makan menambah daya tarik bagi bukit Merese. Disebelah kanan kami tampak jelas bibir Pantai Kuta yang menjorok, dan disebelah kiri tampak jelas pula Pantai Tanjung Aan. Sebuah pemandangan alam yang begitu menawan, dengan girang dan ditemani tiuapan angin yang semriwing, membuat aku kembali terkagum akan karya Tuhan yang begitu luar biasa ini.
Cukup lama kami disini dan mengabadikannya lewat foto, kami bergegas ke Pantai Tanjung Aan dengan bermodalkan kaki saja untuk berjalan. Namanya juga pantai yak, perasaan sama aja. Ada pasir, air, dan warung-warungan. Tak banyak kami melakukan aktivitas di pantai ini, cukup saja kami berfoto dan kembali.
Oh ya, fyi dari Pantai Tanjung Aan ini, kita bisa menyebrang ke Batu Payung. Kemarin kami juga di tawarin untuk nyebrang, dikarenakan kami hanya bertiga, biaya yang ditawarkan cukup mahal, dan juga keterbatasan waktu, akhirnya kami memilih untuk langsung pulang dan melanjutkan perjalanan kami ke Pantai Kuta.
Oh ya, fyi dari Pantai Tanjung Aan ini, kita bisa menyebrang ke Batu Payung. Kemarin kami juga di tawarin untuk nyebrang, dikarenakan kami hanya bertiga, biaya yang ditawarkan cukup mahal, dan juga keterbatasan waktu, akhirnya kami memilih untuk langsung pulang dan melanjutkan perjalanan kami ke Pantai Kuta.
Pantai Kuta
Welcome to Kuta Mandalika. Satu kata untuknya, ramaii benar. Pantai ini terbilang sangat unik, sebagai perbandingan saja, jikalau biasanya pantai itu berpasir putih atau hitam dengan pasir yang halus, justru pantai ini berwarna cokelat dan bentuk pasirnya seperti batuan bulat yang ringan.
Desa Sade
Selain dikelilingi Pantai, Lombok punya daya tarik sendiri. Ya.. Desa Sade. Keunikan Rumah Adat Khas Sasak menjadi daya tariknya. Budaya di tempat ini begitu sangat kental, dan begitu khas. Mata pencarian penduduk sekitar ialah bertani, dan para perempuan menenun. Oh ya guys, ada yang menarik, ternyata mereka diharuskan menikah dengan sesama mereka "sepupu", dan dalam sistem perjodohan atau pernikahan mereka ada sistem culik sepupu alias kawin lari, setelah itu mereka boleh dipestakan. Jujur gua juga ga gitu ngerti ketika dijelasin. HAHA. Intinya nikah sama sepupu atau keluarga itu diizinkan dalam budaya mereka. Satu hal lagi, bagi perempuan di tempat ini diwajibkan bisa menenun. KERAS BANGET YAK! Udah, gua ga cocok tinggal dimari, kan kelar. HAHAHA.
Selain belajar budaya dan kearifan lokal penduduk setempat, kalian bisa menyaksikan langsung proses menenun, dan tak lupa bagi kalian yang demen belanja 'kain' akan begitu dimanjakan ditempat ini.
Setelah puas berkeliling, kami memutuskan untuk ke Pantai Mawun.
Pantai Mawun
Berjarak kurang lebih sekitar 16 KM, dengan jarak tempuh sekitar 30 menit menibakan kami di Pantai Mawun. Dikarenakan kami sudah berekspektasi lebih tinggi melihat Bukit Merese, kami melihat Pantai Mawun ini biasa saja, seperti pantai-pantai pada umumnya. Iya sih, emang bener, ga boong pake banget dah. Disini kami hanya duduk santai saja dibawah pohon sambil minuman air kelapa muda, di temanin Reza yang keliatannya mulai BT ntah kelaperan apa soal Gilinya juga ga ngerti dah, dan Tio yang bobo.
HAHAHA. Maafkeun sekali lagi, namanya juga kita explore Pantai, tujuan terakhir kami ya tentunya di Pantai lagi. Lagi, lagi Pantaii.. ohh Pantai..
HAHAHA. Maafkeun sekali lagi, namanya juga kita explore Pantai, tujuan terakhir kami ya tentunya di Pantai lagi. Lagi, lagi Pantaii.. ohh Pantai..
Pantai Mawi, Pantai Semeti
Sebelum memutuskan untuk kembali ke rumah singgah dan meneruskan perjalanan, pemberentian kami di Lombok ialah Pantai Mawi dan Semeti. Lokasi kedua pantai ini sangat berdekatan, yang membedakan hanya lorongnya saja alias mereka ini tetanggan. Walaupun berdekatan, tapi memang tak selalu sama. Emang Tuhan itu luar biasa dah. Apa beda kedua pantai ini? Bernuansa bebatuan tajem (yaella bebatuan) dan juga ombak yang besar sama-sama menghiasi kedua pantai ini, namun yang membedakannya ialah warna pasirnya. Pasir di Pantai Mawi berwarna kecokelatan sedangkan di Pantai Semeti (tetangganya) berpasir putih halus.
Jika dibandingkan, mana yang aku suka, aku lebih milih Semeti. Semeti salah satu Pantai terbaik yang pernah aku kunjungi. Kenapa? Itu tuh, manjat-manjat ala kera itu yang bikin seru, sampe si Reza geleng-geleng kepala dan nahan laper ngikutin aku. Puasa ya Bang, puasa sesekali, sekali-kali juga bahagia dan nikmatin jalan bareng ama gua kenapa? KWKWKWKWK. Iya, iya, aku tahu, Gili-Gili elu kagak kesampean kan, makanya muka e nekuk. LOL!
Mawi Beach |
Mawun Beach |
Jika dibandingkan, mana yang aku suka, aku lebih milih Semeti. Semeti salah satu Pantai terbaik yang pernah aku kunjungi. Kenapa? Itu tuh, manjat-manjat ala kera itu yang bikin seru, sampe si Reza geleng-geleng kepala dan nahan laper ngikutin aku. Puasa ya Bang, puasa sesekali, sekali-kali juga bahagia dan nikmatin jalan bareng ama gua kenapa? KWKWKWKWK. Iya, iya, aku tahu, Gili-Gili elu kagak kesampean kan, makanya muka e nekuk. LOL!
Tour pantai kami telah usai, dan mengharuskan kami kembali ke peradaban. Pulang kami ke Rumah Singgah, dan beruntungnya emak membantu kami memesan travel menuju Lembar untuk aku dan Tio menyeberang ke Bali. Sekian ceritaku, alamku selalu punya alasan untuk membuatku kembali yang pastinya ke Gili. HAHAHA
stilletto titanium hammer - Titsanium Art
BalasHapusThe stainless black titanium fallout 76 steel blade microtouch trimmer head offers omega titanium you a head-to-head this head with the double edge and suppliers of metal an aluminium handle. This is 2014 ford focus titanium hatchback the best aluminium head