Langsung ke konten utama

GUNUNG MERBABU : 3142 MDPL - Catatan Pendakian Via Selo yang Mengagumkan

Cerita sebelumnya....

https://nengnongki.blogspot.com/2019/01/gunung-prau-2565-mdpl-via-patak-banteng.html

Gunung Merbabu adalah salah satu dari sekian banyak gunung yang berada di Jawa Tengah. Pesona pemandangan alam yang disugguhkan gunung Merbabu sangat mempesona, tak kalah diragukan dikalangan pendaki, dengan ketinggian puncaknya mencapai 3.142 mdpl. Banyak jalur yang bisa kita pilih untuk menikmati keindahan gunung ini, yaitu kita bisa melewati jalur pendakian via Selo (Boyolali), Kopeng (Salatiga), Wekas (Magelang), dan atau Suwanting (Magelang).


Kali ini, setelah mencari banyak sumber, membaca banyak artikel dan menimbang-nimbang, kami memutuskan untuk melewati jalur Selo. Selain indah, kata orang-orang juga jalur ini cukup bersahabat dibandingkan jalur-jalur lainnya. Kendalanya cuma 1, lagi-lagi soal air.

Patak Banteng, 26 Desember 2018
Pk. 10.15, setibanya kami di bawah (Basecamp Patak Banteng, Gunung Prau, Wonosobo), kami memutuskan untuk mengisi perut dan segera melanjutkan perjalanan ke Terminal Mendolo (lagi). Ini akan menjadi titik awal bagi kami sebelum memulai pendakian Merbabu. Dari Basecamp Patak Banteng ke terminal Mendolo bisa menggunakan bus tayo tayo, yang dikenakan harga 20 ribu per kepala. Bus tayo kali ini tidak segila pengalamanku yang pertama, tidak ngebut dan santai aja jalannya (enakan gini aja ya kan?). Dengan jarak tempuh 45 menit - 1 jam, bus menibakan kita di terminal Mendolo. Tak pikir panjang dan anggap aja lagi di rumah sendiri, tempat pertama yang kami datangi ialah toilet. CMK dah! Setelah berapa hari gak mandi, gak buang, disini kami melepas hasrat bergantian. Setelah bersih-bersih, tak mau membuang waktu, kami langsung memutuskan untuk menaiki bus tayo tayo (lagi) tujuan Magelang. Kita akan dikenakan harga 25 ribu per kepala, dengan jarak tempuh kurang lebih 2.5 - 3 jam perjalanan. Bus tayo kali ini, hampir sama gilanya dengan bus tayo pertama, bersyukurnya kami tiba di terminal Magelang dengan selamat tanpa kurang suatu apapun.



Namun yang menjadi kendala, karena kami tiba kesorean ternyata sudah tidak ada lagi bus/angkutan yang bisa membawa kami ke Basecamp Merbabu pendakian via Selo. Sempat bertanya-tanya dengan orang sekitar, kami tetap tidak mendapatkan jawaban yang begitu berarti, alias nihil! Dari pada tidur di terminal lagi, akhirnya setelah berdebat dan berdiskusi cukup panjang dengan my partner in crime (Reza), akhirnya diputuskanlah nyater Grab. Harganya? Kami di patok 250k sekali jalan (ini pun sudah melewati proses nego, dan cancel sana sini). Awalnya dipikir cukup mahal, namun setelah menempuh perjalanan jauh, barulah aku menyadari bahwa ternyata akses untuk kesana memanglah sulit, malahan tak banyak aku jumpai kendaraan umum maupun pribadi yang melintasi jalur tersebut. Sesampainya di Basecamp Pak Parman (Selo), kami langsung mohon izin untuk tinggal semalam disana. Malam itu juga kami mempacking ulang seluruh barang yang akan kami bawa besok, dan setelahnya kami langsung beristirahat. Oh ya gaes, sesampainya di Basecamp sudah tidak ada lagi signal, jadi bagi kalian yang belum atau mau pamit dengan keluarga, teman atau pacar, silakan menghubungi jauh jauh ya. O K  S I P !


Basecamp Paiman

Basecamp Paiman, 27 Desember 2018
Karena awak ini ga bisa bobo dengan tenang di tempat baru, dengan semangat 45, pukul 06.00, kubangunkan Reza yang saat itu masih tidur pulas.
"Za, Za, bangun, udah pagi."
"Iya, Iya, 15 menit lagi."
15 menit berlalu..... beliau tak kunjung bangun. Pukul 06.30, dengan geram dan mungkin juga kesal, akhirnya beliau pun bangun dan langsung berberes. Pukul 07.00, kami mulai berjalan keluar dari basecamp, namun sesampainya di pos registrasi, kami harus menunggu sampai dengan pukul 08.00 (mereka belum pada datang). HAHAHA! Makin menjadilah si Reza, tadinya bisa mager-mageran di Basecamp, ini malahan gabut di depan pos registrasi. Namun tak rugi-rugi amat sih, karena kita telah berada di ketinggian 1836 mdpl, disini kita bisa menikmati sejuknya udara dan hangatnya sinar mentari pagi dengan disugguhkan pemandangan gunung Lawu yang jauh dan elok di pandang mata. Sejam berlalu, setelah selesai simaksi, tak berlama-lama, kami memulai pendakian kami.









Basecamp Paiman - Pos 1 (Dok Malang)
Dari Basecamp menuju Pos 1, kita akan melewati jalur setapak yang menanjak terus yang di kanan dan kirinya diapit oleh pepohonan. Di tengah perjalanan, kita bisa menikmati Gunung Merapi yang nampak gagah dari kejauhan. Jarak tempuh normal dari Basecamp menuju Pos 1 kurang lebih sekitar 1.5 jam (pelan dan bisa banyak ngaso kayak saya, haha!). Di sini karena kebanyakan ngaso, kami berjumpa dengan para pendaki lain yang akan menjadi teman selama perjalanan kami menggapai puncak Merbabu. Pos 1 ditandai berupa tanah lapang yang bisa untuk didirikan tenda.





Pos 1 (Dok Malang) - Pos 2 (Pandean)
Setelah selesai beristirahat dan kongko-kongko sejenak, kami melanjutkan perjalanan kami menuju Pos 2. Jalur pendakian menuju Pos 2, tak kalah berbeda dibandingkan jalur dan jarak yang akan di tempuh pada Pos 1 sebelumnya. Kita akan menempuh waktu kurang lebih 1.5 jam untuk tiba di Pos 2, dengan jalur yang terus nanjak (terbuka) dan kadang masih ada bonus-bonusnya. Jikalau kita berjalan selama 30 menit, dipertengahan kita akan mendapati sebuah pos yang dinamakan Pos Kota (Simpang Macan). Disini kita kembali bisa ngaso, sambil menikmati gagahnya gunung Merapi. Pos 2 ditandai dengan adanya sebuah pondok yang bisa digunakan untuk beristirahat melepas lelah. Pada Pos 2 ini juga pendaki bisa mendirikan tenda walaupun lahannya tak begitu besar.










Pos 2 (Pandean) - Pos 3 (Watu Tulis)
Perjalanan menuju Pos 3 semakin menantang dan menanjak. Nafas mulai kembang kempis namun perlahan kaki ini tetap melangkah walaupun langkah 10 kali, berhentinya bisa sampai semenit (lumayanlah dikredit tipis-tipis). Beruntungnya dari start sampai dengan Pos 2 kami tidak di guyur hujan sama sekali sehingga jalur tanah merah yang berkelok, tidaklah sukar dan licin untuk kami lewati. Setelah 45 menit kami berjalan, tibalah kami disebuah tempat yang begitu luas, tempat yang begitu asik untuk mendirikan dan menampung banyak tenda serta dapat menikmati Gunung Merapi, yap... akhirnya kami tiba di Pos 3. Selain keindahan tempat ini, kita bisa menemukan bunga abadi - edelweis walaupun tak banyak jumlahnya.






Pos 3 (Watu Tulis) - Pos 4 (Sabana 1)
Selepas beristirahat 15 menit di Pos 3, kami memutuskan untuk segera beranjak meneruskan perjalanan kami. Dari Pos 3, kita bisa melihat betapa terjal dan gagahnya jalur yang akan kami lalui. Perut laper, tenaga habis, napas senen kemis mengiringi perjalanan kami.
"Masih kuat?" 
"Masih!" ujarku yang masih bisa melangkah 10, dan berhentinya semenit.
Perlahan tapi pasti, sejam berjalan kami berhasil sampai di Sabana 1. Sabana 1 berupa Sabana yang sangat luas dan indah yang cocok untuk mendirikan tenda.
"Mau makan siang dulu?"
"Lanjut aja, makannya nanti aja di Sabana 2."



Abang Dwik santai amat, beliau ini porter napas kuda




Pos 4 (Sabana 1) - Pos 5 (Sabana 2)
Dengan tenaga yang sisa, nafas sudah terenggal-enggal, kami terus meneruskan perjalanan kami. Sabana 2 adalah tempat perhentian terakhir kami, yang rencananya kami akan mendirikan tenda dan melepas malam. Dari Sabana 1 ke Sabana 2 ternyata cukup jauh, dibutuhkan waktu 40 menit untuk tiba. Setibanya kami tiba di Sabana 2, suasana yang kami dapati cerah di Sabana 1 tiba-tiba berubah gelap pertanda akan segera turun hujan. Bergegas kami mendirikan tenda, dan memasak untuk makan siang kami. Berhubung kami sampai di Sabana 2 Pukul 13.30 dan cuaca kurang bersahabat, selesai makan kami memutuskan untuk tidur karena tubuh sudah begitu sangat kelelahan.





Rencanya akan bablas tidur mempersiapkan tenaga untuk summit dini hari, namun Pukul 17.45 kami terbangun dan mencoba keluar tenda. Sesuatu hal yang indah yang mungkin tak pernah aku dapatkan pada trip-trip sebelumnya, sunset terbaik. Perjuangan 5.5 jam yang terbayar dengan keelokan yang disugguhkan semesta. Gunung Merapi tampak gagah dengan semburan guratan sinar mentari yang enggan tenggelam menyudahi hari. 










Kurang lebih sejam kami menikmati indahnya sunset di Sabana 2 Merbabu, kami kembali ke tenda, masak dan kemudian tidur lagi untuk merecharge tubuh. Karena aku orangnya gak doyan tidur (aku emang gitu orangnya), malam itu, aku memilih melepas tawa dan semakin mengakrabkan diri dengan teman baru yang kami kenal di sepanjang jalur. Dan yang membuatku sangat amazed, ternyata benar kata pepatah dunia memang selebar daun kelor, ternyata beliau adalah teman dari teman dekatku, dan ketemunya di gunung donk. HAHAHA! Malam itu kami putuskan untuk besok summit bersama pukul 04.00, dini hari.

Sabana 2, 28 Desember 2018
"Bangun, bangun, summit."

Sabana 2 - Triangulasi Peak
Pukul 04.00, dengan headlamp, snack, air, dan tenaga yang sudah dicharger, kami mulai melangkahkan kaki menuju Puncak. Perlahan tapi pasti, menibakan kami di Triangulasi Peak sekitar Pukul 05.40. Perjalanan 1 jam 40 menit yang mengesankan. Sunrise? Ya, sunrise di Merbabu tak secantik di Semeru, namun memberi kesan tersendiri bagiku.









Haru dan syukur menghiasi wajah kami. Tak berlama-lama kami ingin berpindah ke Puncak berikutnya, Puncak Kenteng Songo.

Triangulasi Peak - Puncak Kenteng Songo (3142 mdpl)
Cukup berjalan 10 menit, kami ditibakan di Puncak Kenteng Songo. Awalnya aku bingung, kenapa tidak banyak pendaki lain yang ke puncak ini, ternyata setelah kami sampai, kami mendapati para TNI sedang beracara dan menguasai lahan.




Karena sungkan berlama-lama, akhirnya kami memutuskan untuk segera bergegas pergi, dan ternyata antara Puncak Triangulasi dengan Puncak Kenteng Songo, ada signal coi (cepet-cepet upload, haha!). 20 menit kami ngaso, segera kami turun dengan melewati jalur yang berbeda dari sebelumnya. Gunung Merbabu memang tak ada habisnya untuk diceritakan, keindahan sabana yang terbentang luas selalu memanjakan mata dan mengiringi perjalanan kami. Tak hanya Sabana, gagahnya Gunung Merapi dari kejauhan menjadi saksi bisu keindahan Gunung Merbabu.






Dari puncak Kenteng Songo ke Sabana 2, membutuhkan waktu sekitar 30-45 menit, karena kami kebanyakan ngaso, nawarlah jadi 45 menit. HAHAHA! Sesampai di Sabana 2, kami memasak kembali, dan beristirahat sejenak. Kuputuskan untuk turun sesegera mungkin, mengejar supaya tidak terlalu kesorean. Pukul 09.25 kami selesai packing, turun dan tiba di basecamp pukul 12.35. 

Edelweis di Sabana 2

Packing

View Sabana 2


Merapi dari kejauhan


Terima kasih Merbabu untuk segala hal yang engkau sugguhkan, baik pertemanan, keindahan alam bahkan trek yang sungguh menggesankan. Engkau terindah dari semua yang pernah aku cicipi.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

GUNUNG RAUNG : Perjalanan Menggapai Puncak Sejati - 3344 MDPL

Raung, 3344 MDPL I'm coming!!! Pucuk dicinta ulampun tiba. Gayung bersambutlah pokoknya! Cerita kali ini bisa dibilang kebanyakan drama, namun sangatlah menyenangkan. Kenapa enggak, keinginan awak beberapa tahun silam akhirnya kesampean, baca nih -> K E S A M P E A N.  Rasa penasaranku begitu menggebu, nancap sampai ulu untuk menunggu moment itu, akhirnya terealisasi. Moment opo toh neng? Ya... Pokoke berhasil muncak dan megang plakat Mt. Raung yang dikenal sebagai gunung yang memiliki trek paling ekstrem se-Pulau Jawa. Sebelum menceritakan detail perjalananku, aku ingin sodara-sodari kenal akan gunung ini. Raung... Secara administratif, kawasan gunung Raung termasuk dalam wilayah di tiga kabupaten yaitu Banyuwangi, Bondowoso, dan Jember. Dan secara geografis, lokasi gunung Raung berada dalam kawasan komplek Pegunungan Ijen, dan dinobatkan menjadi gunung yang memiliki puncak paling tinggi dari gugusan pegunungan tersebut.  Raung sendiri memiliki 4 titik puncak, yaitu

Budget Traveling Palembang - Bali sampai ke Labuan Bajo

Untuk postingan kali ini, saya akan merincikan biaya yang saya keluarkan (pribadi) untuk dua tempat wisata ini. Biaya jalan-jalan ini kurang lebihnya terdiri dari : 1. Biaya transportasi  : a. Pesawat Palembang - Bali b. Pesawat Bali - Labuan Bajo c. Pesawat Labuan Bajo - Palembang d. Trasportasi ke Bandara 2. Biaya Inap Hotel a. Hotel di Bali b. Hotel di Labuan Bajo 3. Biaya Sailing 3D 2N 4. Biaya Lain-Lain a.  Biaya Makan / Kuliner b. Tempat masuk wisata b. Transportasi di Bali dan Labuan Bajo c. Tips ABK 4. Oleh - Oleh ( optional ) 1. Biaya Transportasi a. Pesawat Palembang - Bali (Garuda) 22 Maret 2016 - Rp 900.000,- Untuk pergi ke Bali, ada begitu banyak pilihan maskapai penerbangan. Saya lebih memilih untuk naik pesawat ketimbang jalur darat (ngeteng) dengan alasan ya Sumatera dan Bali itu jauh sekali oi.. Berhubung saya sudah merencanakan dan membeli tiket PLM - DPS 3 bulan sebelum (Desember), saya mendapat harga tiket jauh lebih mur

RAJA AMPAT : Serpihan Keindahan Surga yang Jatuh ke Bumi (PART II : MISOOL ISLAND)

Misool Island!!! Sebuah destinasi yang "katanya" paling wajib dikunjungi kalau berkunjung ke kawasan wisata Raja Ampat. Dan "katanya" lagi,  keindahan alam bawah laut dan  landscape yang ditawarkan di kepulauan Misool begitu berbeda indahnya, melebihi keindahan Kepulauan Wayag atau pun Piaynemo. Pada waktu dan kesempatan kali ini, masih dengan tim yang sama, setelah dikurang dan ditambah dengan beberapa orang yang berbeda, terkumpullah 17 orang yang memiliki tujuan yang sama, ingin menjelajah kepulauan Misool. Yappp! S etelah rehat 2 hari dari menjelajah  Kepulauan Wayag & Piaynemo , kini tiba saatnya aku dapat melihat keindahan Kepulauan Misool secara langsung. Rasa bahagia begitu nyata mewarnai hariku saat itu. Senin, 15 Maret 2021 (PELABUHAN MARINA SORONG - KAMPUNG PULAU KASIM - KAMPUNG HARAPAN JAYA) Pk. 09.00 WIT,  Meet up at Marina Sorong Port "Hari ini kita ketemu di Pelabuhan Marina, Sorong, ya."  .... Siapp! Ku packing -kan   seluruh bawaanku,