“Yuk
jalan.”
“Yuk.”
Kami pun
melanjutkan perjalanan menuju Jambangan. Jalur yang kami lewati tidaklah
selandai dari yang sudah-sudah. Tanjakan-tanjakan kecil yang disugguhkan cukup
menguras tenaga, dan acapkali membuatku berhenti beristirahat. Fisikku mulai
lemah, Sigit masih prima, Dani mulai tertatih, dan kali ini Reza yang jadi superhero
dalam perjalanku kali ini (setia menemani hayati jatuh bangun). Yang tadinya
setia, disini kesetian begitu teruji, yang cepat ya cepat, yang lama
ditinggalin.
“Bye Dan!
Kami duluan.”
Dani superr……
lelet! Dikit-dikit berhenti. Wajar aja sih, capekkk. Membutuhkan waktu sekitar
2 jam berjibaku untuk tiba di Jambangan. Sembari menyantap semangka nan segar,
kami bercakap dengan para pendaki yang hendak pulang.
“Berapa
lama lagi sampai di Kalimati?” ujarku yang kelelahan.
“Deket kok
mbak, 15 menit lagi sampai.”
Betul saja,
jika kalian sudah sampai di Jambangan, itu pertanda Kalimati sudah tidak jauh
lagi. Angin segar mengiringi dan semangat makin menjadi-jadi. Kami percepat
langkah bukan hanya karena semangat mau sampai dan beristirahat, tetapi
sebentar lagi akan turun hujan.
“Za, gimana
Dani? Gpp ditinggalin, mau ujan ini.”
Setibanya di
Kalimati, hujan pun turun. Segera Reza, Sigit dan beberapa rekan lain kembali
membangun tenda untuk beristirahat. Rasa malas tentunya selalu mengantui, mau
pergi ngambil air pun males. Selain males, jauh juga cui… pulang pergi bisa
sejam. Yaudahlah kami memutuskan untuk membeli, antara rela ga rela eh harga
aqua 330 ml yang dijual pasaran cuma 3.000 – 3.500 dijual 15.000 sebotol,
muahaaalnya 5x lipat. Beli 7, 105.000 ditawar cepek beneran ga mau goyang.
Akibat kemalasan harus bayar harga ekstra, dan yang jualan juga mau cepetan
naik haji, jualan air segitu mahalnya. Terbaeqlah! HAHHAHAHA. Sore menjelang
petang itu kami memutuskan untuk beristirahat untuk bangun summit dini
hari.
20 Juni 2018 – Kalimati –
Puncak Mahameru – Ranu Kumbolo
Pk. 00.30.
Inilah awal dari petualangan kami. Kenapa bilang gitu Neng? Emangnya yang
kemaren bukan petulangan? Bukan gitu gaess, sedikit informasi, Kalimati adalah
batas akhir yang diperbolehkan selama melakuan pendakian. Dengan kata lain,
kalau ada apa-apa dan kenapa-kenapa di jalan menuju puncak, itu semua adalah
sepenuhnya tanggung jawab pendaki bukan lagi tim SAR. Cukup menegangkan bukan? Yaudahlah
ya, asal hati-hati aja ya!
Setelah
melakukan doa Bersama, kami mulai berjalan menuju puncak. Dari Kalimati sampai
puncak, sudah bisa dibilang tidak ada bonus. Jalur menanjak dan ramai. Banyak
sekali pendaki yang berbondong-bondong ngantri untuk ke puncak #kekkeretaapi.
Di tengah gelapnya malam, dingin pun tak kalah bersaing menusuki tulang.
Selangkah demi langkah kami harus tetap bergerak walaupun tubuh terasa lelah.
Ini belum seberapa karena masih ada hutan yang menghalang hembusan angin.
Sesampainya
dibatas vegetasi, trek tanah padat berganti dengan gumpalan pasir. Tentunya ini
akan sangat memberatkan langkah kaki. Naik dua langkah, merosot selangkah.
Kebayangkan gimana bentukkannya? Udahlah ya! Memang mendaki gunung juga butuh
kesabaran super ekstra. Pendakian harus terus berlanjut, sekitar pukul 05.30,
matahari mulai menampakan indahnya dari sisi sebelah kanan, seolah tak mau
kalah bersaing, dari sisi sebelah kiri, pelangi juga menghiasi indahnya Samudra
awan yang kami lalui. Suatu moment yang langkah dan teramat indah, mulut yang
hina ini tak mampu membendung rasa syukur dan haru akan hal itu.
Setelah menikmati dan mengabadikan moment bergegas kami langkahkan kaki menuju puncak. Untuk dinginnya jangan pula diragukan, superrrr dan gak ada duanya! Jangan lupa berperlengkapan safety ya gaes kalau mau mendaki ke puncak Mahameru, ini sangat penting jika tidak mau terkena hipotermia.
Ngantri sembako part kesekian |
Setelah menikmati dan mengabadikan moment bergegas kami langkahkan kaki menuju puncak. Untuk dinginnya jangan pula diragukan, superrrr dan gak ada duanya! Jangan lupa berperlengkapan safety ya gaes kalau mau mendaki ke puncak Mahameru, ini sangat penting jika tidak mau terkena hipotermia.
Memang
betul, untuk melihat atau mendapatkan sesuatu yang indah dibutuhkan perjuangan
yang sangaaaaaaaatt luar biasa. Kadang harus tidur di trek karena
kecapekan, menghemat makanan dan minuman yang dibawa, dan bahkan harus menahan
dingin. Ini sungguh terlalu dan harus segera berlalu.
Puncak memang terasa dekat di depan mata, namun terasa tak kunjung sampai. Haha! Setelah 8 jam baku hantam dengan trek terjal, tibalah aku dan Dani di puncak Mahameru di ketinggian 3.676 Mdpl. Loh kok cuma berdua? Yaiyalah cui, aku dan Dani memang pendaki siput. Mereka naik lebih dulu dan nunggu di atas, sudah lama nunggu kami pun, kami juga tak sampai-sampai, dan pada akhirnya kami kembali berpas-pasan dengan Reza dan Sigit di trek. Yaudahlah sih, pelan-pelan aja asal sampai.
Setelah puas berfoto 30 menit di puncak, aku dan Dani segera turun untuk bergabung dengan teman-teman lain. Waktu naik dingin, turunnya panas, jadinya badan berasa panas dingin. Perjalanan turun tidaklah sesulit waktu naik, cuma ya harus-harus kuat aja kaki dan insting buat ngerem. Bisa guling-guling kek babi guling kalau salah perhitungan. Kok Babi Guling si Neng? Maklum terlalu focus menghayati perut yang kelaperan, stok makanan dan air menipis.
Puncak memang terasa dekat di depan mata, namun terasa tak kunjung sampai. Haha! Setelah 8 jam baku hantam dengan trek terjal, tibalah aku dan Dani di puncak Mahameru di ketinggian 3.676 Mdpl. Loh kok cuma berdua? Yaiyalah cui, aku dan Dani memang pendaki siput. Mereka naik lebih dulu dan nunggu di atas, sudah lama nunggu kami pun, kami juga tak sampai-sampai, dan pada akhirnya kami kembali berpas-pasan dengan Reza dan Sigit di trek. Yaudahlah sih, pelan-pelan aja asal sampai.
Bocah ilang ngupdate status di puncak |
Setelah puas berfoto 30 menit di puncak, aku dan Dani segera turun untuk bergabung dengan teman-teman lain. Waktu naik dingin, turunnya panas, jadinya badan berasa panas dingin. Perjalanan turun tidaklah sesulit waktu naik, cuma ya harus-harus kuat aja kaki dan insting buat ngerem. Bisa guling-guling kek babi guling kalau salah perhitungan. Kok Babi Guling si Neng? Maklum terlalu focus menghayati perut yang kelaperan, stok makanan dan air menipis.
“Kak...
makan kak?” Bocah ngerengek minta makanan, persis kek anak ayam keilangan
induknye.
“Sabar,
sabar ya Dan. Kita turun sekarang.”
Beruntungnya
selama perjalanan pulang, aku gak sendirian ngurusin si bayi besarku, ada team
dari pendaki lain yang berjalan beriringan dengan kami dan bersedia manggulin
keril yang aku bawa. So lucky, I am.
Ini dia yang berbaik hati |
Kurang
lebih pukul 13.00 aku dan Dani tiba di Kalimati, langsung saja tak banyak
bicara dan tak pikir makan aku ngegelepar di tenda karena kecapekan. Cukup
sejam kami beristirahat, makan dan packing, pukul 15.00 kami mulai
berjalan menuju Ranu Kumbolo untuk bermalam di sana. Hujan kembali mengiringi
perjalanan, tapi tak mengentikan niat kami untuk segera tiba. Cukup 3 jam kami
tempuh perjalanan, dan menibakan kami di Ranu Kumbolo hampir-hampir magrib.
Badan basah-basah harus bangun tenda lagi untuk beristirahat, males-males juga
tetap harus masak untuk makan. Kisah perjalananku hari itu berakhir, dan kami
harus segera berisirahat untuk perjalanan turun keesokan harinya.
21 Juni 2018 – Ranu Kumbolo –
Basecamp
Pk. 05.30
kembali Sang Surya menampakan sinarnya. Bergegas aku kembali menikmati
pemandangan ini, dan mencoba memasak (merealisasikan janji yang tertunda).
Memang ga ada matinya, Sigit tetap gritilan tangannya mencoba menolong hamba
yang sedang kesulitan. Ujung-ujungnya Sigit yang memasak nasi goreng untuk kami
makan pagi itu. Nasi goreng terbaik yang pernah aku rasakan selama mendaki.
Terima kasih.
Hari ini memang kami tidak ada agenda apapun selain pulang. Keindahan Ranu Kumbolo pagi itu mempererat tali tidak kenalan kami ber-18 sebelumnya. Mulai dari sesi foto-foto bahkan nyalon di gunung juga dilakonin pagi itu.
Setelah
selesai menikmati pemandangan, dan mempacking seluruh barang bawaan, pk.
11.30 kami mulai perjalanan turun menuju basecampe berjalan bersama dengan
pendaki-pendaki lain. Rasa lelah dan syukur terucap saat gapura selamat
menyambut kepulangan kami.
Oh ini toh namanya nesting :) |
Keliatan kan, si Neng niatin masak pagi itu |
Hari ini memang kami tidak ada agenda apapun selain pulang. Keindahan Ranu Kumbolo pagi itu mempererat tali tidak kenalan kami ber-18 sebelumnya. Mulai dari sesi foto-foto bahkan nyalon di gunung juga dilakonin pagi itu.
Komentar
Posting Komentar