Langsung ke konten utama

GUNUNG LATIMOJONG (PART 2) : Solo Traveling - Pendakian 3.478 Mdpl (Atap Sulawesi)

http://nengnongki.blogspot.com/2018/07/solo-traveling-catatan-backpacker.html


.....


Senin, 11 Juni 2018               
Pos 5 – Pos 6 (Soloh Lama)
Pagi itu, kami akan memulai pendakian ke Puncak sekitar pukul 10.00 WITA. Sembari menikmati udara segar di pagi hari, ternyata kami tidaklah sendiri, semalam ada satu team pendaki yang berhasil sampai dan bermalam di Pos 5. 







Usut di usut, mereka ternyata penduduk lokal dan hendak summit dan turun pada hari itu juga. Apa daya, mereka tak sejalan dengan kami yang akan nge-camp lagi di Pos 5 setelah muncak.
Setelah mengisi perut, ngopi, dan nyantai-nyantai, kami memutuskan untuk segera start menuju puncak dengan bermodalkan daypack.
Durasi yang dibutuhkan untuk sampai di Pos 6 dari Pos 5, ditempuh kurang lebih 45 menit, dengan jalur yang tak kala santai dari jalur-jalur sebelumnya. Namun beruntungnya, kita akan menemukan beberapa trek yang cukup landai.






Pos 6 – Pos 7 (Kolong Batu)
Setelah beristirahat 10 menit, dengan tenaga yang masih ektra, kami segera melanjutkan perjalanan menuju Pos 7. Tetap sama dengan karakter sebelumnya, jalur cukup menanjak dan panjang, hampir tidak ada bonus sama sekali. Hutan lumut nan cantik mendominasi dan mengiringi perjalanan kami menuju Pos 7. Semakin dekat kami dengan puncak, jalur di Pos 7 semakin terbuka, ada titik dimana kami berhenti untuk berfoto serta menikmati keindahan pemandangan.









Tak lama beristirahat, kami melanjutkan perjalanan dan akhirnya kami tiba di Pos 7 sekitar Pukul 11.15. Di pos 7 terdapat area yang cukup luas, dan terbuka. Jika hendak ngecamp disini bisa saja, tapi tidak begitu direkomendasikan dikarenakan di area ini tidak ada pepohonan. Yang ditakutkan jika terjadi badai, maka bisa-bisa tenda di obrak-abrik. Oh ya, di pos ini terdapat sumber airnya juga loh, ngambilnya juga gak jauh dan viewnya apik bangeet.. dan aku sempat mengabadikan moment ini.







Pos 7 – Puncak Rante Mario
Aku cukup senang melewati jalur ini, loh kenapa neng? Bukan dikarenakan ketemu cowok ganteng, atau pangeran berkuda pas lagi melewati jalur ini, tapi jalur menuju Puncak tidak panjang, dan treknya landaii pooll, sesekali aku bisa berlarian kecil.









Tak membutuhkan waktu yang panjang, akhirnya kami sampai di Puncak…..









Langsung aku terharu dan rasa tak percaya bisa sampai di atap Sulawesi ini, mengingat sebelum sampai Pos 1 saja aku rasanya pengen pulang. Aku berterima kasih untuk teman-teman yang selalu support untuk aku supaya sampai di tempat ini. Cuaca memang tak cerah, tapi tak mengurangi rasa haru dan syukurku kala itu.






Hampir sejam kami puas mengabadikan moment bahagia dan haru ini, dengan cuaca yang kurang bersahabat kami memutuskan untuk segera kembali turun menuju Pos 5.

Di tengah perjalanan kami menuju Pos 5, kami mendapati view yang apik, dan sempat kami mengabadikan moment terbaik di tempat ini.







Langkah kaki berlarian kecil, dan menibakan kami di Pos 5 sekitar pukul 17.00. Dikarenakan kami berencana ngecamp semalem lagi disini, maka kami langsung memutuskan untuk beristirahat dan memasak makanan untuk dimakan nanti malam. Sepanjang malam kami habiskan untuk bercerita, main dominio, dan mereka sibuk main game-game lainnya. Aku sih mah nontonin mereka aja. Ayo duel domino!


Selasa, 12 Juni 2018
Pos 5 – Basecamp
Waktunya kami harus meninggalkan Pos 5 dan kenangannya.
“Wes, kita jalan!”





Seolah aku tidak percaya kalau ini adalah hari terakhir kami di tempat ini. Berat, namun harus dilakukan! Pagi itu, hujan mengiringi melepas kepergian kami, alam pun seolah ikut berteriak menyerukan isi hatinya, dan tentunya isi hatiku juga. Eiiihh, lebay kali kau neng. Kami segera mempacking seluruh barang bawaan kami, dan kami memulai perjalanan menuju basecamp sekitar pukul 11.30. Sebetulnya trek turun menuju basecamp tidaklah sesulit waktu naik, namun dikarenakan cuaca hujan, tentunya akan membuat jalur becek, licin, dan mengharuskan kita untuk tetap berhati-hati.






Sesekali aku sempat terjatuh dikarenakan jalurnya gak aduhaii… kalau gua boleh nyanyi, dan lagu yang mewakili perasaanku kala itu, begini : “basah, basah, basah…… menyentu kalbu.”
Tak banyak yang bisa aku dokumentasikan, namun bisa aku ceritakan. Sepanjang perjalanan Jaling yang kami sebut Lambas ak. Tebes tak hentinya bercerita dan mengocok perut dengan guyolan dan lemotnya dia. Pokoknya aku ngerti ga ngerti dia ngomong apa, ekspresi mukanya tetep aja lucu. Terkadang kita ngomong A, dia bisa ngomong BCD atau mungkin Z (kurang nyambung). HAHAAHAHA!

Kurang lebih pukul 14.00, kami sampai di Pos 2. Disini kami sempat beristirahat sejenak, makan, dan ngopi-ngopi. Kurang lebih 30 menit kami beristirahat di tempat ini, sembari mengeringkan baju yang semuanya basah. Setelah puas, kami pun segera melanjutkan perjalanan menuju basecamp yang tak jauh lagi ditemani gerimis kecil.





Akhirnya, kami pun tiba di basecamp lebih kurang pukul 17.15, dan langsung melapor ke rumah kepala dusun. Tak lama setelah kami mengganti seluruh pakaian kami dengan pakaian kering, kami pun segera bergegas meninggalkan tempat itu dan menuju Baraka.

Aku ingin berterima kasih kepada Tuhan untuk pendakianku ini. Dapat pergi dan pulang dengan selamat adalah sebuah sukacita besar. Berterima kasih untuk keindahan alam, persahabatan, dan kesetian yang terus diuji. Terima kasih Desa Karangan, Latimojong dan Puncak Rante Mario menjadi saksi dimana keempat muda-mudi mengawali persahabatan yang berbeda kota, suku, dan budaya. Postingan kali ini benar kutujukan untuk keluarga baru yang begitu sangat mensupportku dalam pendakian Gn. Latimojong - Rante Mario, 8 - 12 Juni 2018 :
Sunar - a.k. Karca
Jaling - a.k. Lambas a.k. Tebes
Aldi - a.k. Kurdul

Jangan pernah kapok membawaku lagi dan lagi untuk menciptakan kekonyolan, dan cerita baru lagi.
Latimojong, aku rindu!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

GUNUNG RAUNG : Perjalanan Menggapai Puncak Sejati - 3344 MDPL

Raung, 3344 MDPL I'm coming!!! Pucuk dicinta ulampun tiba. Gayung bersambutlah pokoknya! Cerita kali ini bisa dibilang kebanyakan drama, namun sangatlah menyenangkan. Kenapa enggak, keinginan awak beberapa tahun silam akhirnya kesampean, baca nih -> K E S A M P E A N.  Rasa penasaranku begitu menggebu, nancap sampai ulu untuk menunggu moment itu, akhirnya terealisasi. Moment opo toh neng? Ya... Pokoke berhasil muncak dan megang plakat Mt. Raung yang dikenal sebagai gunung yang memiliki trek paling ekstrem se-Pulau Jawa. Sebelum menceritakan detail perjalananku, aku ingin sodara-sodari kenal akan gunung ini. Raung... Secara administratif, kawasan gunung Raung termasuk dalam wilayah di tiga kabupaten yaitu Banyuwangi, Bondowoso, dan Jember. Dan secara geografis, lokasi gunung Raung berada dalam kawasan komplek Pegunungan Ijen, dan dinobatkan menjadi gunung yang memiliki puncak paling tinggi dari gugusan pegunungan tersebut.  Raung sendiri memiliki 4 titik puncak, ...

Budget Traveling Palembang - Bali sampai ke Labuan Bajo

Untuk postingan kali ini, saya akan merincikan biaya yang saya keluarkan (pribadi) untuk dua tempat wisata ini. Biaya jalan-jalan ini kurang lebihnya terdiri dari : 1. Biaya transportasi  : a. Pesawat Palembang - Bali b. Pesawat Bali - Labuan Bajo c. Pesawat Labuan Bajo - Palembang d. Trasportasi ke Bandara 2. Biaya Inap Hotel a. Hotel di Bali b. Hotel di Labuan Bajo 3. Biaya Sailing 3D 2N 4. Biaya Lain-Lain a.  Biaya Makan / Kuliner b. Tempat masuk wisata b. Transportasi di Bali dan Labuan Bajo c. Tips ABK 4. Oleh - Oleh ( optional ) 1. Biaya Transportasi a. Pesawat Palembang - Bali (Garuda) 22 Maret 2016 - Rp 900.000,- Untuk pergi ke Bali, ada begitu banyak pilihan maskapai penerbangan. Saya lebih memilih untuk naik pesawat ketimbang jalur darat (ngeteng) dengan alasan ya Sumatera dan Bali itu jauh sekali oi.. Berhubung saya sudah merencanakan dan membeli tiket PLM - DPS 3 bulan sebelum (Desember), saya mendapat harga tiket jauh ...

Sepenggal Kisah di Labuan Bajo - Flores (NTT)

Selamat membaca agan-agan, saya mau sharing cukup panjang tentang perjalan saya ke Labuan Bajo. Yeay, perjalanan kali ini adalah pengalaman kali pertama saya menginjakan kaki di Indonesia Timur. Kata orang sih, tak kenal maka tak sayang, sepertinya peribahasa itu benar, dan tepat untuk cerita saya. Awalnya saya gak tahu dimana dan seperti apa itu Labuan Bajo. Loh kalau begitu, apa yang membuat saya begitu tertarik dan bahkan 'nekat' menginjakan kaki di kota kecil di Flores - NTT ini? Penasaran? Ayuk, nyimak, ah nyimak... Tepat bulan September 2016, saya bertekad di tahun 2017 saya harus pergi ke Indonesia Timur, entah sama siapa, gimana, apa pun caranya, pokoke cusssss.... Yaaap, I choose Labuan Bajo. Saya begitu excited dan sebelum saya membeli tiket, karena saya adalah tipe orang yang rinci, gak bisa fleksibel dan banyak kuatirnya (HAHAHA..), saya mulai mencari tahu, seperti apa itu Labuan Bajo, apa yang bisa saya lakukan di sana, bagaimana penduduk ...