Langsung ke konten utama

RAJA AMPAT : Serpihan Keindahan Surga yang Jatuh ke Bumi (PART I : WAYAG - PIAYNEMO)

Kenal, belum tentu sayang!
Tak kenal, sudah tentu tak sayang!
.....

Raja Ampat!!! Siapa yang tak kenal dengan pesona indahnya? Gugusan batuan-batuan karang yang berdiri tegak di birunya laut lepas dengan gradasi warna yang tersusun rapih, begitu indah menceritakan pesonanya. Konon katanya, kehidupan bawah lautnya juga tak lagi diragukan. Ternyata bukanlah sebuah mimpi, jikalau pada kesempatan kali ini aku bisa menginjakan kaki di tempat ini.
Raja Ampat!!! Terletak di sebuah kabupaten dan merupakan bagian dari Provinsi Papua Barat. Mengapa disebut Raja Ampat? Secara umum, Raja Ampat terdiri dari banyak pulau yang terserbar luas di wilayahnya. Namun demikian, Raja Ampat memiliki 4 pulau utama yang besar, yaitu Pulau Waigeo, Pulau Batanta, Pulau Salawati, dan Pulau Misool.


Jika hendak menginjakkan kaki ke kepulauan Raja Ampat, maka kita harus terlebih dahulu sampai ke kota Sorong. Untuk sampai di kota Sorong, kita dapat memilih menggunakan transportasi laut maupun udara. Highly recomended, jikalau waktu kita limited, pilihlah transportasi udara sebagai media untuk sampai di Sorong. Setibanya di Sorong, kita harus menyambung lagi menggunakan kapal cepat menuju Waisai (ibukota kabupaten dari Raja Ampat). For your information, dari bandara Dominique Edward Osok (SOQ) menuju ke Pelabuhan Sorong, kita dapat memilih untuk menyewa transportasi umum berupa angkot, mobil umum atau naik grab, dengan tarif Rp 100.000,- / mobil / sekali jalan (jauh maupun dekat katanya di tarif segitu). Setibanya di Pelabuhan Sorong kita dapat membeli tiket kapal cepat seharga Rp 100.000,- untuk sekali jalan menuju Pelabuhan Waisai. Perjalanan dari Pelabuhan Sorong menuju ke Pelabuhan Waisai hanya memakan waktu lebih kurang 2-3 jam saja. Untuk mencapai ke kepulauan Waigeo yang lebih kita kenal dengan sebutan Wayag, dari Pelabuhan Waisai kita perlu menyewa speed boat untuk mengeksplore beberapa tempat cantik disana.
Aku sangat beruntung, pada kesempatan perjalanan ini, aku pribadi tidak lagi perlu repot mempersiapkan segala sesuatunya (baik itinerary, sewa penginapan, kapal, dsb), kebetulan waktu libur cutiku juga sama seperti jadwal share trip yang sudah ditetapkan Backpacker Jakarta untuk mengeksplore kepulauan Wayag, Piaynemo dan Misool. Namun persiapan tidak selalu mulus atau berujung baik, ada saja beberapa masalah yang harus aku selesaikan sebelum jadwal keberangkatan tiba. Melakukan perjalanan disaat masa pandemi tidaklah mudah. Dari drama cuti yang tarik ulur (dikasih izin dengan beberapa konsekuensi dan pertimbangan), reschedule jadwal penerbangan yang cukup sering, ditambah lagi dengan keberhasilan hasil rapid antigen, sangat tidaklah mudah untuk mengambil tiap keputusan.


Rabu, 10 Maret 2021 (UPG - SOQ - WAISAI - PRAJAS HOMESTAY)

Pk. 02.00 WITA, alarm membangunkanku dari istirahat yang cukup singkat.
Tubuh yang lelah menjadi pengingat bahwa perjalanan darat yang cukup panjang dari Bulukumba menuju Makassar sudah berakhir. Kini tiba waktunya, ku harus berpindah ke kota Sorong, Papua Barat untuk kembali meneruskan cerita perjalananku selanjutnya. Hujan dini hari kala itu, begitu mewakilkan perasaanku yang sendu dan begitu berat untuk pergi meninggalkan tanah Sulawesi. Kesekian kalinya, tanah Sulawesi membuatku jatuh cinta walaupun di tempat berbeda. Tak berlama, bergegas ku bangun, mempersiapkan diri. Kuda besi telah siap! Siap mengantarkanku menuju Bandara Sultan Hasanuddin. Sepanjang jalan menuju Bandara hujan turun semakin besar, menambah cerita bahagia.

Pk. 03.00 WITA, check in and meet Kak Eva!
"Hallo, ini gimana? Tolong dicarikan 4 kotak yang hilang atas nama Eva! Tut.. Tutt..."
"Kak Eva yang ikut ke Wayag? Aku Novi, kak! Salam kenal!"
Tak disangka, ternyata orang yang sedang mengantri check in di depanku adalah Kak Eva yang sudah ku ajak berkomunikasi sebelum keberangkatan.
"Yuk kak, bareng aja." Sahutku.



With Kak Eva yang jumpanya kebetulan

Sejak saat itu, ku semakin dekat dengannya dan selama di Wayag, dialah rekan sekamarku. Beliau seorang muslim yang sedang menambah ilmu keagamaannya, usianya tidak muda lagi sepertiku, tapi semangat belajar dan mengexplore-nya, cukup menginspirasi dan wajib ku acungi jempol. Pk. 04.50 WITA, boarding time and ready to take off!



Pk. 08.00 WIT, landing at Bandara Dominique Edward Osok
Setibanya di Sorong, kami disambut dengan suasana yang begitu berbeda. Begitu keluar dari gate kedatangan, kami disambut begitu banyak calo, para driver yang menawarkan diri untuk mengantarkan kami ke pelabuhan dengan tujuan Raja Ampat. Namun, kami tidak mengambil opsi yang di tawarkan para calo maupun driver, dikarenakan salah seorang teman telah menunggu dan menjemput kami.
Welcome to Sorong! Siang yang panas nan terik itu begitu menyengat kulitku, bergegas kami pergi jauh meninggalkan bandara menuju tempat penginapan temanku yang sehari sudah lebih dahulu sampai. Kami masih ada sedikit waktu untuk repacking barang bawaan, makan serta beristirahat sebentar.

Pk. 12.00 WIT, Pelabuhan Sorong - Pelabuhan Waisai
"Kita ngumpul di mepo jam 12.00 ya, kapal kita akan berangkat pukul Pk. 13.00." Notif di whatsapp berbunyi.


Pelabuhan Sorong adalah titik awal kami memulai perjalanan panjang menikmati secuil serpihan surga yang jatuh ke bumi. Rasa excited berkelana dan berkenalan dengan 29 orang lainnya yang berbeda tempat tinggal, keyakinan,.. membunuh waktu menunggu kami. Tak terasa waktu menujukkan pk. 13.00, kami segera masuk ke badan kapal cepat "Express Bahari 7E" yang akan mengantarkan kami tiba di Pelabuhan Waisai. Waktu tempuh perjalanan memakan 2-3 jam (tergantung dari cintaku padamu, yang tahan badai dan bergelombang, bodoh amat! HAHAHAHA! Maksudnya tergantung gelombang laut oey).




Pk. 16.00 WIT, Welcome to Raja Ampat
Welcome to Raja Ampat!





Setelah menempuh perjalan laut yang cukup lama dan panjang untuk sampai di Pelabuhan Waisai (titik point untuk mengexplore keindahan 4 Pulau utamanya), kembali kami harus meneruskan perjalanan laut selama 3 jam menggunakan kapal kecil yang sudah di sewa. Dikarenakan jumlah kami begitu banyak, kami terbagi menjadi dua tim, dalam 2 kapal yang berbeda. Tidak banyak aktivitas yang dilakukan selama di kapal selain mengobrol, makan, dan tidur.





Petang perlahan menghilang, kapal yang mengantar kami akhirnya tiba dan berlabuh di dermaga Prajas Homestay Pk. 19.00 WIT.







Pk. 16.00 WIT, Prajas Homestay
"Ayok dipilih, dipilih malam ini tidur mau sama siapa, jangan salah pilih. Ingat ya, cowok sama cowok, cewek sama cewek, jangan salah masuk. Habis itu, makan malam ya, sudah disediakan pihak homestay." Teriak Kak Omed yang adalah panutan kami.
Perjalanan dan cerita panjang hari tersebut di tutup hangat dengan perkenalan masing-masing peserta di meja makan tempat kami berkumpul. Malam semakin larut, kehangatan itu harus kami sudahi. Kami harus beristirahat untuk tetap segar di keesokan hari.



Kamis, 11 Maret 2021 (Prajas Homestay - Shark Point - Wayag I & II)

Pk. 06.00 WIT, Prajas Homestay
Dalam heningnya ku berdiam. Suara gaduh riuh kendaraan, tidak lagi terdengar. Kicauan burung yang bersahut-sahutan di tengah landscape embun tipis, menambah syaduh suasana kala itu. Perasaan nyaman, tenang yang tak sering ku dapati di kota, nyata kurasakan. Sembari menikmati pagi, menunggu mentari muncul perlahan menerangi, tak segan ku ayunkan jemari mengabadikan beberapa moment. Sungguh, itu terlalu indah, pagi termahal yang pernah aku rasa! 










Pk. 08.00 WIT, Go to Shark Point
Kapal perlahan menjauhi pelabuhan tempat kami bermalam, menuju ke tempat lapor masuk kawasan wisata. Di tempat melapor ini sebetulnya adalah sebuah spot shark point (tempat kumpulnya hiu-hiu yang jinak). Sembari para tetua (yang merasa dituakan) melapor, kami hunting-hunting foto. (Emang dasar gak ada otak ini anak-anak muda, tetua lagi pada bejuang, kitanya happy-happy aja). Oh ya, for your information, tiap wisatawan, destinasi yang dikunjung, kapal yang parkir di kawasan wisata Raja Ampat diharuskan melapor dan wajib membayar iuran. Dulu, tiap wisatawan yang datang wajib memiliki PIN Raja Ampat yang bisa dibeli di Waisai seharga Rp 500.000,- / orang, dan berlaku selama 1 tahun. Namun dikarenakan ada perdebatan dan masalah internal antara penduduk sekitar dan pemerintah untuk peniadaan PIN tersebut, maka kami yang tidak membeli PIN, sempat tertahan cukup lama selama lebih kurang 2 jam. (Many thanks to Mace, Kak Vero, yang mau pasang badan buat kami untuk mendengar segala bentuk ocehan, makian mereka).

Tempat Lapor








Perdebatan panjang itu akhirnya berakhir, kami diizinkan untuk masuk di kawasan wisata Wayag dan Piaynemo.

Pk. 11.00 WIT, Situs Warisan Bentangalam Kars Pulau Wayag I & II
Setelah menempuh perjalanan laut lebih kurang 30 menit, kapal bersandar di sebuah garis pantai, yang akan membawa kami masuk menyusuri hutan. Jalur trek hutan yang melandai seketika berganti menjadi terjal dengan bebatuan karang cukup tajam.





Selamat datang di puncak Wayag! Lebih kurang 20 menit berjibaku, nendang-nendang karang, sedikit manjat-manjat bahkan merangkak, akhirnya kami tiba di puncak Wayag I. Bebatuan Kars yang tersebar, birunya langit ditambah dengan gradasi air laut yang memukau, menghipnotis kami untuk segera mengabadikan tempat indah ini. Tak disangka, perasaan bahagia meluap-luap, sehingga panas yang begitu menyengat pun tak mengurungi niat kami untuk tetap pose cantik di puncak wayag I.




Tak berlama, dikarenakan waktu sudah semakin siang dan perut yang belum terisi kami segera turun dan melanjutkan perjalanan ke destinasi selanjutnya - Wayag II. Dikarenakan treknya menanjak, tidak disarankan untuk makan kenyang terlebih dahulu, ditakutkan nanti malahan mual-mual pas penanjakan. Jarak spot Wayag I ke Wayag II tidaklah jauh, ditempuh menggunakan kapal hanya memakan waktu lebih kurang 5 menit. Trek menuju puncak Wayag II, begitu berbeda dengan Wayag I. Kalau di Wayag I ada pemanasannya dulu (melewati jalan datar dalam hutan), di Wayag II ini kita langsung disambut dengan trek bebatuan kars yang berdiri tegak (persis manjat dinding). Namun tak perlu kuatir, selama penanjakan, kita dibantu dengan tangga tali yang sudah dibuat untuk para wisatawan berpegangan. Oh ya, karena treknya begitu nanjak, berbatu tajam dan belum ada tangga, alangkah lebih baik jika memakai sepatu trekking dan juga sarung tangan supaya tidak lecet ataupun terluka.
Landscape yang disugguhkan di Puncak Wayag II ini juga memiliki keindahan dan pesona sendiri, bebatuan kars yang besar tersebar di kawasan ini, sekali lagi menghipnotis setiap mata yang memandangnya.









Pk. 14.00 WIT, Makan Siang di Shark Point
Cacing-cacing diperut mulai kelaparan, membuat kami harus segera turun dari puncak Wayag II dan makan siang di Shark Point (tempat awal kami melapor kedatangan).
Sembari makan siang di tempat ini, kita dapat beristirahat di bawah pohon rindang dengan hammock, atau memberi makan serta berfoto dengan hiu-hiu.

Pk. 16.00 WIT, Back to Prajas Homestay
Setelah cukup puas menikmati hari ini, kami kembali ke penginapan untuk menikmati senja dan bermalam.




Jumat, 12 Maret 2021 (Prajas Homestay - Telaga Bintang - Piaynemo - Kampung Arborek - Pantai Friwen Wall - Pantai Friwen - Pelabuhan Waisai)

Pk. 08.00 WIT,  Go to Telaga Bintang
Hari ini adalah hari terakhir kami berada di Prajas Homestay. Kami harus segera mempacking seluruh bawaan, pergi dan tak tahu kapan akan kembali kesini lagi. Rasanya baru sebentar sekali tiba dan harus menyudahi share trip Wayag - Piaynemo.
Pk. 08.00 WIT, perlahan kapal bergerak menjauhi dermaga Prajas Homestay menuju Telaga Bintang, yang menjadi destinasi awal yang akan kami kunjungi. Perjalanan laut yang cukup panjang akhirnya menibakan kami di dermaga Telaga Bintang. Saat kapal telah bersandar, untuk mendapatkan view telaga bintang yang cantik, kami diharuskan trekking 5-10 menit. Jangan kuatir, jalur trekking ke puncaknya masih terbilang manusiawi. Treknya masih terlihat cukup jelas, tentunya tidak securam Wayag. 



Sesudah trekking kecil menuju puncak Telaga Bintang, kami bergegas turun dan kembali masuk kapal untuk melanjutkan perjalanan menuju Piaynemo.

Pk. 10.30 WIT, Top of View Piaynemo
Bisa disimpulkan, perjalanan wisata di Raja Ampat adalah perjalanan yang komplit. Semua aktivitas bisa dilakukan, dari yang hanya sekedar duduk santai di kapal menikmati hamparan kars, leyeh-leyeh manja di tepi pantai, snorkeling, atau bahkan sampai trekking.
Untuk mencapai Top View of Piaynemo, lagi-lagi kita harus trekking menyusuri 300 anak tangga yang sudah tersusun begitu rapih. Begitu memasuki kawasan ini, saya pribadi merasa bahwa kawasan wisata Piaynemo ini sudah cukup siap menjadi kawasan wisata. Sederhananya, di tempat ini sudah terbangun toilet umum. Oh ya di kawasan ini juga, terdapat warung-warung kecil yang menjual makanan dan minuman, jadi yang haus maupun lapar bisa jajan-jajan dimari ya.





Welcome to top view of Piaynemo! Sekali lagi mata kita dimanjakan dengan hamparan kars yang khas bertebaran di laut Papua, dimana masing-masing puncak memiliki ciri khas sendiri. Menurutku pribadi, top view of Piaynemo tidak begitu secantik Wayag I & II. Tidak begitu cantik bukan berarti tidak cantik, setidaknya tiap tempat memiliki ciri khas sendiri.



Waktu sudah semakin siang dan terbatas, mengharuskan kami segera beranjak menuju destinasi selanjutnya yaitu Kampung Wisata Arborek.



Pk. 13.15 WIT, Welcome to Kampoeng Wisata Arborek
Perjalanan dari Piaynemo menuju Arborek (spot snorkeling paling indah) memakan waktu lebih kurang 1 jam. Dari kejauhan Kampung ini tampak seperti biasa saja, namun ketika perlahan kapal bersandar di pelabuhan, kita dapat merasakan dan melihat keindahan alam bawah lautnya. Jernihnya air membuat kita tak perlu repot untuk snorkeling melihat terumbu karang dan ikan-ikan yang berenang mengitari dermaga. Sungguh sangat indah walaupun hanya sekedar memberi makan ikan di pinggiran dermaga.





Keramahan anak-anak di kampung ini begitu hangat menyambut dan bahkan melepas kepergian kami.




Pk. 15.00 WIT, Goodbye Arborek
Hari sudah semakin sore, perlahan kapal yang kami tumpangi harus segera berajak pergi meninggalkan Kampung Arborek menuju Pantai Friwen Wall dan Pantai Friwen. Jarak Pantai Friwen Wall dengan Pantai Friwen, tidaklah jauh, lokasinya hanya berseberangan saja. Aktivitas yang bisa dilakukan di dua tempat ini adalah snorkeling. Namun, jika malas basah-basahan, kita bisa leyeh-leyeh cantik di Pantai sembari menunggu sunset.








Pk. 18.00 WIT, Kembali ke Waisai
"Oiiii!!! Oiii!" Lambaian tangan dan suara yang begitu keras diteriakkan melepas kepergian kami.
Ternyata... Ketika kapal perlahan bergerak meninggalkan bibir Pantai Friwen, tidak ada satupun yang menyadari keberadaan salah seorang teman kami (sebut saja Bu Tedjo). Doi ternyata belum masuk dalam rombongan kapal kami, cuiii. Dan ternyata, teriakkan cukup keras itu adalah isyarat bagi kami untuk segera memutar balik dan menjemput Bu Tedjo kembali. (Eh dasar memang Ibu Tedjo! Ada-ada aja kelakuannya).
Petang menjelang, menyaksikan indah matahari tenggelam di atas kapal menyudahi cerita kami. Goodbye Wayag, Piaynemo, dan kawan-kawan! Terima kasih untuk sedikit cerita yang dibagikan, walaupun kita tidak bisa akrab semua, ku berharap semoga di lain kesempatan kita dapat berjumpa lagi, membuat cerita yang baru ataupun hanya berpas-pasan untuk mengenang dan berbagi cerita.






Part Selanjutnya....

Komentar

  1. Wowwww....komplit banget.....kalau aku cerita begini entah kapan selesainya...haahha..
    ..tp seru sihh kadang kalau kangen baca2 gini lagi jd inget banget....keep writing neng...
    Waiting for next part...Misool nihh pastinya...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

GUNUNG RAUNG : Perjalanan Menggapai Puncak Sejati - 3344 MDPL

Raung, 3344 MDPL I'm coming!!! Pucuk dicinta ulampun tiba. Gayung bersambutlah pokoknya! Cerita kali ini bisa dibilang kebanyakan drama, namun sangatlah menyenangkan. Kenapa enggak, keinginan awak beberapa tahun silam akhirnya kesampean, baca nih -> K E S A M P E A N.  Rasa penasaranku begitu menggebu, nancap sampai ulu untuk menunggu moment itu, akhirnya terealisasi. Moment opo toh neng? Ya... Pokoke berhasil muncak dan megang plakat Mt. Raung yang dikenal sebagai gunung yang memiliki trek paling ekstrem se-Pulau Jawa. Sebelum menceritakan detail perjalananku, aku ingin sodara-sodari kenal akan gunung ini. Raung... Secara administratif, kawasan gunung Raung termasuk dalam wilayah di tiga kabupaten yaitu Banyuwangi, Bondowoso, dan Jember. Dan secara geografis, lokasi gunung Raung berada dalam kawasan komplek Pegunungan Ijen, dan dinobatkan menjadi gunung yang memiliki puncak paling tinggi dari gugusan pegunungan tersebut.  Raung sendiri memiliki 4 titik puncak, yaitu

Budget Traveling Palembang - Bali sampai ke Labuan Bajo

Untuk postingan kali ini, saya akan merincikan biaya yang saya keluarkan (pribadi) untuk dua tempat wisata ini. Biaya jalan-jalan ini kurang lebihnya terdiri dari : 1. Biaya transportasi  : a. Pesawat Palembang - Bali b. Pesawat Bali - Labuan Bajo c. Pesawat Labuan Bajo - Palembang d. Trasportasi ke Bandara 2. Biaya Inap Hotel a. Hotel di Bali b. Hotel di Labuan Bajo 3. Biaya Sailing 3D 2N 4. Biaya Lain-Lain a.  Biaya Makan / Kuliner b. Tempat masuk wisata b. Transportasi di Bali dan Labuan Bajo c. Tips ABK 4. Oleh - Oleh ( optional ) 1. Biaya Transportasi a. Pesawat Palembang - Bali (Garuda) 22 Maret 2016 - Rp 900.000,- Untuk pergi ke Bali, ada begitu banyak pilihan maskapai penerbangan. Saya lebih memilih untuk naik pesawat ketimbang jalur darat (ngeteng) dengan alasan ya Sumatera dan Bali itu jauh sekali oi.. Berhubung saya sudah merencanakan dan membeli tiket PLM - DPS 3 bulan sebelum (Desember), saya mendapat harga tiket jauh lebih mur

RAJA AMPAT : Serpihan Keindahan Surga yang Jatuh ke Bumi (PART II : MISOOL ISLAND)

Misool Island!!! Sebuah destinasi yang "katanya" paling wajib dikunjungi kalau berkunjung ke kawasan wisata Raja Ampat. Dan "katanya" lagi,  keindahan alam bawah laut dan  landscape yang ditawarkan di kepulauan Misool begitu berbeda indahnya, melebihi keindahan Kepulauan Wayag atau pun Piaynemo. Pada waktu dan kesempatan kali ini, masih dengan tim yang sama, setelah dikurang dan ditambah dengan beberapa orang yang berbeda, terkumpullah 17 orang yang memiliki tujuan yang sama, ingin menjelajah kepulauan Misool. Yappp! S etelah rehat 2 hari dari menjelajah  Kepulauan Wayag & Piaynemo , kini tiba saatnya aku dapat melihat keindahan Kepulauan Misool secara langsung. Rasa bahagia begitu nyata mewarnai hariku saat itu. Senin, 15 Maret 2021 (PELABUHAN MARINA SORONG - KAMPUNG PULAU KASIM - KAMPUNG HARAPAN JAYA) Pk. 09.00 WIT,  Meet up at Marina Sorong Port "Hari ini kita ketemu di Pelabuhan Marina, Sorong, ya."  .... Siapp! Ku packing -kan   seluruh bawaanku,